“POTRET KASIH ALLAH”
9 Juni 2018
Perjanjian Baru
“Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan
mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti
perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku
memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir” (Yeremia
31:31,32).
Dimanakah letak
ketidaksamaan yang membuat perjanjian baru di dalam kitab Yeremia berbeda
dengan perjanjian di Sinai?
Perjanjian baru
menetapkan, “Musa menegaskan bahwa Allah menetapkan mereka “sebagai umat-Nya”
(Ul.29:13). Di dalam perjanjian baru, Allah berkata, “Aku akan menjadi Allah
mereka” (Yer.31:33). Lagi, ini pun bukan hal yang baru, karena di dalam Ulangan
29:13 (dan di tempat lain) Allah mengatakan hal yang sama.
Hmmm. Di dalam Yeremia 31
kita belajar sesuatu yang lebh jauh. Allah berjanji, “Aku akan menaruh
Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya di dalam hati mereka” (ay.33).
Barangkali itulah yang tidak sama—perjanjian Sinai, bedanya, ditulis di atas
loh batu. Maaf, tentang perjanjian Sinai Allah berkata, “Sebab perintah ini
[Sepuluh Perintah yang disebut “perjanjian” di dalam Keluaran 34:28], yang
kusampaikan kepadamu pada hari ini, tidaklah terlalu sukar bagimu dan tidak
pula terlalu jauh… Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam
mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan” (Ul.30:11-14).
Tetapi di sini sesuatu
ditambahkan untuk dipikirkan: “Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak
lagi mengingat dosa mereka” (Yer.31:34). Aha! Disini kita temukan sebuah
perbedaan. Tetapi bukan, bukan itu nampaknya! Pengampunan telah tersedia pula
di bawah perjanjian Sinai. Lagi dan lagi kita membaca pernyataan seperti
“mereka menerima pengampunan” (Im.4:20).
Jadi apakah yang baru di
dalam perjanjian baru ini? Perbedaan utama nampaknya ini: “Dan tidak usah lagi
orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah
TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku” (Yer.31:34).
Apapun yang baru di dalam
perjanjian baru, isinya, seperti halnya perjanjian Sinai, adalah Sepuluh
Perintah Allah. Ellen White menulis: “Perjanjian yang dibuat Allah dengan
umat-Nya di Sinai menjadi perlindungan dan pertahanan kita” (SDA Bible Commentary, Ellen G. White
Comments, jilid 1, hlm. 1103). Jadi boleh jadi perjanjian baru ini adalah
perpanjangan dari yang lama. Ketaatan tidak menjadi syarat perjanjian,
melainkan hasil dari perjanjian itu—tanggapan penuh syukur atas anugerah
keselamatan dari Allah, yang bukan merupakan legalisme.
0 comments:
Post a Comment