“POTRET KASIH ALLAH”
26 Mei 2018
Adakah Harapan bagi Mereka yang Bertindak
Bodoh?
“Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal
palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya” (Yesaya
1:3).
Sangat sulit dipercaya,
tetapi TUHAN yang telah lama menderita menyatakannya! Anak-anak-Nya telah
menolak-Nya. Mengapa, bahkan seekor hewan dungu seperti keledai dan lembu saja
menghargai perhatian yang dicurahkan pemilik mereka. Tetapi Israel tidak!
Mereka bersikap lebih buruk daripada keledai jantan! Mereka menyembah berhala.
Mereka mendambakan kejahatan dan mengabaikan keadilan, menambah duka kaum
tertindas. Mereka menyiksa anak-anak yatim, menipu janda-janda. Namun mereka
dengan lancang masih mempersembahkan hewan korban di bait suci, dan menyangka
dapat menyenangkan hati Allah. Tapi Allah menghardik: “Untuk apa itu korbanmu
yang banyak-banyak?... ‘Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran’” (Yes.1:11).
Di masyarakat Timur Dekat
kuno, para ayah tidak tahu cara memanjakan anak-anak mereka. Joseph Blenkinsopp
dalam tafsiran Yesaya 1-39 Anchor bible-nya
berbicara tentang kerasnya hajaran yang harus diberikan TUHAN kepada
anak-anak-Nya yang memberontak, yang demikian “keras hingga membahayakan, bahkan
dalam ukuran kekerasan… di Timur Dekat kuno” (hlm.183). Allah menggambarkan
kondisi mereka setelah dihajar oleh-Nya. “Seluruh kepala sakit… Dari telapak
kami sampai kepala tidak ada yang sehat: bengkak dan bilur dan luka baru, tidak
dipijit dan tidak dibalut dan tidak ditaruh minyak” (Yes.1:5,6). Allah menaruh
kata-kata di mulut anak-anak-Nya yang durhaka, dalam erang kesakitan, “Seandainya
TUHAN semesta alam tidak meninggalkan pada kita sedikit orang yang terlepas,
kita sudah menjadi seperti Sodom, dan sama seperti Gomora” (ay.9).
Allah bahkan berkata
bahwa telinga-Nya telah tuli terhadap mereka. “Apabila kamu menadahkan tanganmu
untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali
berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya” (ay.15). Sungguh tanpa harapan.
Tetapi lengking suara
Allah melunak sedikit. “Marilah, baiklah kita berperkara!” (ay.18). Blenkinsopp mengartikan bahwa Allah
menginginkan mereka duduk di pengadilan untuk menghindari penderitaan lebih
lanjut (hlm.185). “Sekalipun dosamu merah seperti kermizi, akan menjadi putih
seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi
putih seperti bulu domba” (ay.18). Allah menawarkan harapan bagi kita yang
bertingkah seperti keledai jantan! Ketika kita meninggalkan cara hidup yang
jahat (ay.16) dan berbuat baik kepada mereka yang terpinggirkan. Allah—jika kita
membiarkan-Nya menolong kita (ay.19)—anugerah-Nya yang ajaib akan bekerja,
menghapuskan noda kirmizi yang ditinggalkan dosa kita dan membuat kita seputih
salju atau bulu domba.