“POTRET KASIH ALLAH”
24 Mei 2018
Untuk Kekasih…
“Kiranya ia mencium aku dengan kecupan! Karena cintamu lebih nikmat dari
pada anggur” (Kidung Agung 1:2).
Bacaan renungan macam apa
yang ditulis di dalam kitab Kidung Agung ini? Jika Anda seperti saya, Anda
tidak dapat mengingat kapan terakhir kalinya Anda mendengar khotbah yang
berdasarkan bagian Alkitab yang membingungkan ini. Kitab ini mungkin harus di
beri label “D” (dewasa), kalau bukan “X”! Marilah kita akui, membaca buku ini
bahkan untuk diri sendiripun agak membuat jengah, apalagi membacanya dengan suara
keras… baik di rumah atau di gereja.
Mengapa syair erotis
semacam itu menjadi bagian kanon suci telah menjadi teka-teki bagi para pelajar
Kitab Suci di sepanjang sejarah. Meskipun sebagian kitab Perjanjian Lama
dikutip oleh penulis kitab Perjanjian Baru, kita tidak menemukan kutipan dari
kitab ini di dalam Kitab Suci Kristiani, bahkan disinggung pun tidak. Bahkan
para rabi di Jamnia berdebat tentang pantas atau tidaknya kitab ini menjadi
bagian dari Tulisan Suci. Untuk mendukung dimasukkannya kitab ini ke dalam
Alkitab, beberapa penerjemah—baik orang Yahudi maupun Kristiani—mencari jalan
dengan menyebutkan sebagai sebuah alegori (memiliki makna kiasan). Para ahli
alegori Yahudi mengartikan isi kitab itu sebagai gambaran hubungan Yahwe dengan
Israel, bangsa pilihan-Nya, mempelai-Nya. Beberapa penafsir Kristiani (yang
pertama adalah Hippolytus [sekitar tahun 2000]) telah menganggapnya sebagai
lukisan hubungan Yesus Kristus dengan jemaat, mempelai-Nya. Meskipun benar
bahwa penggambaran pernikahan Allah dengan umat-Nya dapat ditemukan di Kitab
Suci Yahudi maupun Kristiani, namun apa yang digambarkan oleh Kidung Agung
tetap tidak masuk akal.
Salah satu masalah yang
muncul dalam pendekatan alegoris adalah bahwa ada ketidaksesuaian di dalam
detil-detilnya. Sebagai contoh, anggaplah Yesus sebagai mempelai pria dan
gereja sebagai wanita kekasih-Nya. Buah dada sang wanita (“bagiku kekasihku
bagaikan sebungkus mur, tersisip di antara buah dadaku” [Kid.1:13] ditafsirkan
sebagai Perjanjian Lama dan Baru, tetapi jika itu masalahnya, bukankah lebih
tepat menafsirkan itu sebagai organ Kristus, satu-satunya yang mengilhamkan
Alkitab? Hal ini membuat orang yang mudah percaya berpikir bahwa gereja
memiliki Perjanjian Lama dan baru dan Kristus berada di haribaan keduanya,
mengambil sari makanan dari padanya, seperti yang dipaksakan oleh para ahli
alegori.
Pendekatan terbaik kepada
kitab yang aneh ini adalah bahwa ia berisikan contoh lagu asmara Timur Dekat
kuno, seperti yang lazim ditemui di Mesir. Syair ini, dengan gambaran yang
membumi, mungkin akan disingkirkan oleh pembacaan di Barat, merupakan perayaan
sukacita memadu kasih dan dapat diterima luas di kalangan pelajar Alkitab.
0 comments:
Post a Comment