“POTRET KASIH ALLAH”
21 Mei 2018
Bagaimana Dengan Masa Depan?
“…Waktu dan nasib
dialami mereka semua” (Pengkhotbah 9:11).
Apakah peranan kita dalam turun naiknya—kehidupan ini?
Kita tidak dapat mengubah masa lalu, karena apa yang sudah terjadi berada di
luar kendali kita. Tetapi bagaimana dengan masa depan? Apakah sudah ditentukan?
Adakah itu berada di luar kendali kita juga? Lalu ada masa kini, yang berlaku
hanya sementera. Apakah segala yang berlangsung saat ini kering dan layu begitu
saja? Dapatkah kita memengaruhi masa kini seperti juga masa lalu atau
kejadian-kejadian medatang?
Ayat pertama di dalam Pengkhotbah 3 tak asing lagi
bagi kita semua: “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah
langit ada waktunya.” Ayat-ayat berikutnya bahkan telah menjadi syair nyanyian:
“Ada waktu untuk mencabut yang ditanam; ada waktu untuk membunuh, ada waktu
untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; ada
waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada
waktu untuk menari; ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan
batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; ada
waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk
menyimpan, ada waktu untuk membuang; ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk
menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara; ada waktu
untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu
untuk damai” (ay.2-8).
Bahasa dan konteks ayat-ayat ini nampak seperti
mendukung predestiani—segala sesuatu yang terjadi telah ditentukan sejak
semula. John Calvin mengajarkan bahwa sejak kekekalan Allah dengan ajaib telah
menentukan setiap kejadian. Tugas kita
adalah untuk memahami kejadian-kejadian itu dan menyesuaikan sikap kita. Tapi apakah
sesungguhnya hanya itu? Nampaknya masih ada lagi. Bahkan Qoheleth, yang dikenal di kalangan pelajar Alkitab sebagai penulis
kitab Pengkhotbah, mengakuinya. Ayat Alkitab
hari ini menunjukkan bahwa betapa hal terjadi karena kebetulan, dan
kejadian-kejadian acak ini dialami oleh kita semua.
Lama sebelum kitab Pengkhotbah ditulis, Yosua
menantang; “Pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah”
(Yos.24:15). Sebagian besar perilaku kita mungkin ditentukan oleh pembawaan
genetis, naluri, dan pendidikan yang kita terima. Tetapi kita tidak sepenuhnya
berada di bawah belas kasihan DNA atau takdir. Kuasa kita untuk memilih dapat
menyeimbangkan ketidakmampuan kita mengendalikan, dan karenanya kita dapat
memengaruhi masa depan. Sebagai umat manusia yang menyandang gambar Allah, kita
memiliki “kuasa untuk berpikir dan bertindak” (Education, hlm.17). Tugas kita
untuk melakukannya…hari ini.
0 comments:
Post a Comment