“POTRET KASIH ALLAH”
23 Mei 2018
Kesimpulan Semuanya
“Akhir kata
dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada
perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. Karena Allah
akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu
yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat” (Pengkhotbah 12:13,14).
Seperti telah dicatat
sebelumnya, banyak penekanan di dalam kitab Pengkhotbah yang nampaknya
bertentangan dengan tradisi kebijaksanaan yang lebih konservatif di dalam kitab
Amsal. Namun demikian perintah akhir di akhir kitab ini pastilah disetujui oleh
para orang bijaksana tradisional.
Pernyataan penutup “akhir
dari segala yang didengar” adalah istilah yang lazim untuk mengakhiri sebuah
tulisan di ranah kesusasteraan Timur Dekat kuno. Ia adalah batu penjuru yang
tepat, dan karena sifat konservatif dari nasihat yang mengikutinya, beberapa
pelajar Alkitab berasumsi bahwa kata-kata penutup inilah yang menjadi tolak
ukur dimasukkannya kitab Pengkhotbah di dalam kanon Alkitab.
Ringkasan tulisan dari
segala yang telah didengar ini disebut mencakup “kewajiban setiap orang”
(Pkh.12:13). Kata-kata Ibrani yang digunakan di sini agak panjang lebar
sehingga dapat diterjemahkan dalam beberapa cara, meskipun hanya merupakan
variasi dari sebuah tema tunggal. “karena ini adalah kewajiban setiap manusia”
(KJV, NIV, RSV), “ini adalah kewajiban setiap orang” (NLT), “ini berlaku untuk
setiap orang” (NASB), “itu adalah kewajiban setiap orang” (NRSV), “tak ada lagi
bagi manusia selain ini” (NEB), dan “ini adalah hal terpenting yang dapat
dilakukan orang” (ICB).
Ada dua unsur yang
membentuk kesimpulan itu. Keduanya pantas untuk mendapat penekanan, dan
keduanya merupakan bahsa performatif, yaitu berupa perintah yang diharapkan
bisa membuahkan hasil.
Pertama, “takutlah akan
Allah.” Orang Ibrani memiliki alasan untuk memandang Allah dengan takjub karena
ketegasan-Nya, tetapi gagasan takut di sini mencakup lebih dari sekedar
kengerian belaka. Terbungkus di dalam perintah itu adalah rasa hormat kepada
Allah. Kata “takut” dapat juga diterjemahkan dengan kata kerja “hormat” atau “takzim.”
Kedua, “berpeganglah pada
perintah-perintah-Nya” (ay.13). Jika frasa pertama menasihatkan sebuah sikap,
maka yang kedua mendorong suatu tindakan. Menghormati TUHAN mensyaratkan kepatuhan
kepada-Nya. Memang di alam pikiran orang Ibrani, pikiran dan perbuatan berjalan
seiring. Yang satu menuntun yang lain.
Penulis kitab Pengkhotbah
juga memberikan motivasi untuk sikap takut akan Allah dan perilaku yang
mematuhi kehendak-Nya itu. TUHAN melihat semua dan memperhatikan tindakan kita,
meminta pertanggungjawaban atas apa yang kita lakukan, baik yang terlihat atau
tersembunyi, baik atau buruk.
0 comments:
Post a Comment