“POTRET KASIH ALLAH”
22 Mei 2018
Memandang Usia Tua
“Ingatlah
akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan
mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: “Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!”
(Pengkhotbah 12:1).
Sang Pengkhotbah menggunakan beberapa kiasan
tentang usia tua, yang masing-masing menggambarkan kemunduran fisik yang
menyertai apa yang kita sebut secara halus “tahun-tahun keemasan.”
Salomo berbicara tentang waktu yang menghampiri
dalam kata-kata “Sebelum matahari dan terang, bulan dan bintang-bintang menjadi
gelap” (Pkh.12:2). Jelas bahwa cahaya mentari dan rembulan tidak menjadi suram
saat kita tua, tetapi orang yang memiliki katarak di matanya mengetahui betapa
kabur sudah pandangan mereka. Ia lebih jauh menulis tentang waktu ketika “Penjaga-penjaga
rumah gemetar, dan orang-orang kuat membungkuk” (ay.3)—sebuah gambaran tentang
tungkai yang gemetaran seiring usia tua atau kekhawatiran yang biasa
menghinggapi orang-orang tua. Selanjutnya, waktunya akan ketika “perempuan-perempuan
penggiling berhenti karena berkurang jumlahnya” (ay.3). secara literal,
kata-kata tersebut merujuk kepada para wanita yang sehari-hari bekerja
menggiling gandum, yang karena fisiknya melemah tidak dapat lagi menjalankan
tugasnya. Dalam arti kiasan, kata-kata tersebut kelihatannya menunjuk pada
gigi-gigi yang ompong dan berkurang jumlahnya. (Pada zaman Timur Dekat kuno,
gigi orang-orang secara bertahap patah atau tanggal karena kerikil yang
terdapat pada makanan mereka.)
“Suara menjadi seperti
kicauan burung” (ay.4). Betapa seringnya orang-orang tua menderita kekurangan
tidur! Suara yang kecil sekalipun dapat menembus pendengaran mereka yang redup
dan membangunkan mereka. Selain itu, “juga orang menjadi takut tinggi, dan
ketakutan ada di jalan” (ay.5). Hal yang tak pernah mengganggu bagi orang muda,
menjadi beban pikiran di usia tua. Sekarang “pohon badam berbunga” (ay.5),
kuntum-kuntum bunga putih yang melambangkan rambut yang memutih. “Belalang
menyeret dirinya dengan susah payah” (ay.5). Orang-orang Timur Dekat kuno
memandang buah capparis Spinosa (buah
capers) sebagai obat perangsang
seksual, tetapi saat usia tua menghampiri bahkan buah mujarab itu pun tak
mempan.
Adanya gejala-gejala
penuaan yang jelas seperti itu seyogianya membuat orang muda merenung. Objek perenungannya
dapat memiliki dua atau tiga makna sekaligus.
Tergantung dari penempatan huruf hidup di antara konsonan (Bahasa Ibrani
Alkitab tidak memiliki huruf hidup), orang muda harus mencamkan di dalam
pikirannya tentang (a) Pencipta (boreeka) mereka, menghormati-Nya di dalam
dengan kemudaan mereka; (b) sumur (beereka) mereka, analogi untuk istri mereka
sebagai obyek seksual yang sensualitasnya akan pudar; (c) lubang (bor’ka),
istilah lain untuk kuburan, “rumah kekal” (ay.5) mereka. Nasihat yang berat
namun praktis.
0 comments:
Post a Comment