“POTRET KASIH ALLAH”
25 Mei 2018
Merayakan Percintaan
“Tangan kirinya ada di bawah kepalaku, tangan kanannya memeluk aku”
(Kidung Agung 2:6).
Beberapa penulis Kristen
injili berpendapat bahwa Kidung Agung adalah buku petunjuk bercinta. Oleh sebab
itu, setiap praktik erotis yang tertuang di dalam buku Alkitabiah ini, boleh
digunakan oleh pasangan suami istri Kristen yang konservatif. Apakah Kidung
Agung merupakan buku petunjuk erotis bisa diperdebatkan. Namun demikian, mereka
yang memiliki cara pandang ini tidak terlalu jauh dari kebenaran, karena mereka
dengan jujur mengakui kandungan erotis di dalam kitab ini. Pada kenyataannya,
terdapat tiga tingkat gambaran erotis di dalam kitab kanonik ini: (1) beberapa
gambaran yang nyata-nyata erotis, (2) beberapa gambaran yang agak kabur namun
dapat dimengerti setelah sedikit direnungkan, dan akhirnya (3) beberapa
gambaran yang berisi kiasan yang tidak jelas bagi pembaca modern namun cukup
blak-blakan untuk pembaca di zamannya.
Gambaran yang nyata-nyata erotis—Pembaca tidak perlu
benar-benar fokus untuk menangkap beberapa bahasa gambar yang terdapat di dalam
Kidung ini. Ayat kita hari ini menyajikan contoh yang baik: “Tangan kirinya ada
di bawah kepalaku, tangan kanannya memeluk aku.” Jelas sekali kata-kata ini
dimaksudkan lebih dari sekedar pelukan hangat. “Seperti dua anak rusa buah
dadamu, seperti anak kembar kijang yang tengah makan rumput di tengah-tengah
bunga bakung” (Kid.4:5). Gambaran “dewasa” ini tidak membutuhkan penjelasan
lagi.
Gambaran yang agak kabur—Perhatikan ayat ini: “sosok
tubuhmu seumpama pohon korma dan buah dadamu gugusannya. Kataku: ‘Aku ingin
memanjat pohon korma itu dan memegang gugusan-gugusannya”’ (Kid.7:7,8).
Dibutuhkan sedikit imajinasi untuk dapat mengerti implikasi dari gambaran itu.
Gambaran yang berisi kiasan yang tidak jelas—“Kekasihku
memasukkan tangannya melalui lobang pintu, berdebar-debarlah hatiku. Aku bangun
untuk membuka pintu bagi kekasihku, tanganku bertetesan mur; bertetesan cairan
mur jari-jariku pada pegangan kancing pintu” (Kid.5:4,5). Pada pembacaan
pertama, bahasanya kelihatan seperti merujuk pada lubang kunci sebuah daun
pintu kuno, yang lubangnya cukup besar untuk tangan seorang pria karena
seringkali anak kuncinya pun sangat besar. Tetapi ketika seseorang belajar
bahwa dalam Bahasa Ibrani kata “tangan” dapat diartikan sebagai organ seks
pria, maka Bahasa di dalam konteks ini nampaknya merujuk pada kondisi sebelum
dilakukannya percintaan.
Mungkin keterusterangan
yang blak-blakan di dalam Firman Allah ini semestinya mendorong kita yang
terkurung budaya Vicotria untuk menyingkirkan kemunafikan dan mensyukuri
seksualitas yang dianugerahkan Allah bagi kita.
0 comments:
Post a Comment