Thursday, May 24, 2018

Renungan Pagi 25 Mei 2018


“POTRET KASIH ALLAH”
25 Mei 2018

Merayakan Percintaan
Tangan kirinya ada di bawah kepalaku, tangan kanannya memeluk aku” (Kidung Agung 2:6).
Beberapa penulis Kristen injili berpendapat bahwa Kidung Agung adalah buku petunjuk bercinta. Oleh sebab itu, setiap praktik erotis yang tertuang di dalam buku Alkitabiah ini, boleh digunakan oleh pasangan suami istri Kristen yang konservatif. Apakah Kidung Agung merupakan buku petunjuk erotis bisa diperdebatkan. Namun demikian, mereka yang memiliki cara pandang ini tidak terlalu jauh dari kebenaran, karena mereka dengan jujur mengakui kandungan erotis di dalam kitab ini. Pada kenyataannya, terdapat tiga tingkat gambaran erotis di dalam kitab kanonik ini: (1) beberapa gambaran yang nyata-nyata erotis, (2) beberapa gambaran yang agak kabur namun dapat dimengerti setelah sedikit direnungkan, dan akhirnya (3) beberapa gambaran yang berisi kiasan yang tidak jelas bagi pembaca modern namun cukup blak-blakan untuk pembaca di zamannya.
Gambaran yang nyata-nyata erotis—Pembaca tidak perlu benar-benar fokus untuk menangkap beberapa bahasa gambar yang terdapat di dalam Kidung ini. Ayat kita hari ini menyajikan contoh yang baik: “Tangan kirinya ada di bawah kepalaku, tangan kanannya memeluk aku.” Jelas sekali kata-kata ini dimaksudkan lebih dari sekedar pelukan hangat. “Seperti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak kembar kijang yang tengah makan rumput di tengah-tengah bunga bakung” (Kid.4:5). Gambaran “dewasa” ini tidak membutuhkan penjelasan lagi.
Gambaran yang agak kabur—Perhatikan ayat ini: “sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan buah dadamu gugusannya. Kataku: ‘Aku ingin memanjat pohon korma itu dan memegang gugusan-gugusannya”’ (Kid.7:7,8). Dibutuhkan sedikit imajinasi untuk dapat mengerti implikasi dari gambaran itu.
Gambaran yang berisi kiasan yang tidak jelas—“Kekasihku memasukkan tangannya melalui lobang pintu, berdebar-debarlah hatiku. Aku bangun untuk membuka pintu bagi kekasihku, tanganku bertetesan mur; bertetesan cairan mur jari-jariku pada pegangan kancing pintu” (Kid.5:4,5). Pada pembacaan pertama, bahasanya kelihatan seperti merujuk pada lubang kunci sebuah daun pintu kuno, yang lubangnya cukup besar untuk tangan seorang pria karena seringkali anak kuncinya pun sangat besar. Tetapi ketika seseorang belajar bahwa dalam Bahasa Ibrani kata “tangan” dapat diartikan sebagai organ seks pria, maka Bahasa di dalam konteks ini nampaknya merujuk pada kondisi sebelum dilakukannya percintaan.
Mungkin keterusterangan yang blak-blakan di dalam Firman Allah ini semestinya mendorong kita yang terkurung budaya Vicotria untuk menyingkirkan kemunafikan dan mensyukuri seksualitas yang dianugerahkan Allah bagi kita.

0 comments:

Post a Comment