Friday, June 1, 2018

Renungan Pagi 31 Mei 2018



“POTRET KASIH ALLAH”
31 Mei 2018

Allah Ialah Ibu
Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melakukannya, Aku tidak akan melupakan engkau” (Yesaya 49:15).
Selama berabad-abad umat Allah memiliki berbagai kesempatan untuk mencurigai bahwa TUHAN telah melupakan mereka. Selama mereka tinggal di Mesir—atas perintah Yusuf—mereka menderita sebagai budak Firaun. Pada masa hakim-hakim, berkali-kali orang Filistin menindas mereka. Di zaman kerajaan, kesulitan datang dari segala sudut—dari tetangga Kanaan mereka, dari bangsa Mesir, dari bangsa Asyur, dan dari bangsa Babel. Selain itu, teguran dan peringatan keras dari Allah telah mengantarkan dugaan bahwa Allah telah meninggalkan mereka.
Tidak mengherankan ketika ”Sion berkata: ‘TUHAN telah meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku’” (Yes.49:14).
Allah menjawab pikiran negatif mereka dengan membandingkan diri-Nya dengan seorang ibu. “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehinga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau (ay.15).
Setiap bulan Mei, orang-orang di pelbagai bangsa merayakan kasih ibu. Lebih dari 150 juta lembar kartu Hari Ibu dibeli setiap tahun di Amerika Serikat. Kartu-kartu itu berisikan kata-kata sanjungan yang indah tentang tinggi dan dalam serta lebarnya kasih seorang Ibu. Sungguh menyenangkan bisa menghargai kasih setia mereka. Namun, Allah mengatakan bahwa dapat saja terjadi hal yang tak terbayangkan—seorang ibu melupakan bayinya. Kendati demikian, kasih Allah kekal selamanya.
Masih ada lagi mengenai potret kasih Allah sebagai seorang ibu yang mengasihi ini. Musa mempelajari bahwa Allah itu penuh kasih sayang (Ul.30:3). Dan pemazmur menulis bahwa Allah “itu pengasih dan penyayang” (Mzm.111:4). Kita menerima pernyataan itu begitu saja; tentu TUHAN itu mengasihi umat-Nya. Apa yang kebanyakan kita tidak menyadarinya adalah bahwa kata Ibrani yang diterjemahkan “kasih” dan “sayang” itu memiliki arti “rahim.” Itu adalah akar kata yang sama untuk kata “menyayangi” dalam ayat hari ini. Seperti halnya seorang ibu yang membawa bayinya selama sembilan bulan di rahimnya hingga terbentuk ikatan yang kuat di antara mereka, demikianlah Allah membawa umat-Nya di dalam “rahim-Nya.” Hati-Nya mendambakan “anak-anak”-Nya.
Ya, kasih Allah lebih dalam daripada, bahkan kasih yang kita peringati di Hari Ibu.

0 comments:

Post a Comment