Tuesday, April 24, 2018

Renungan Pagi 25 April 2018



“POTRET KASIH ALLAH”
25 April 2018

Keadilan Sosial

“Maka terdengarlah keluhan yang keras dari rakyat dan juga dari pihak para isteri terhadap sesama orang Yahudi…’Ladang dan kebun anggur dan rumah kami gadaikan untuk mendapatkan gandum pada waktu kelaparan’…’walau kami ini sedarah sedaging dengan saudara-saudara sebangsa kami…namun kami terpaksa membiarkan anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan kami menjadi budak dan sudah beberapa anak perempuan kami harus membiarkan diri dimiliki orang.’” (Nehemia 5:1-5).

Situasi di Yehuda telah sampai pada titik didih. Kebutuhan finansial mendorong orang ke bibir jurang keputusasaan. Dan bisa jadi beberapa dari mereka telah terjatuh ke dalamnya!

Telah terjadi musibah kelaparan, dan untuk dapat bertahan hidup saja mereka harus menggadaikan rumah—tanah yang diberikan Allah untuk mereka—supaya mereka bisa membeli makanan. Dan yang menambah parah luka mereka, masih ada pajak yang harus mereka bayar kepada bangsa Persia atas tanah yang sudah mereka gadaikan itu. “Kami harus meminjam uang untuk membayar pajak yang dikenakan raja atas ladang dan kebun anggur kami” (Neh.5:4). Dan untuk mendapatkan makanan mereka harus menjual beberapa anak mereka menjadi budak. “Kami tidak dapat berbuat apa-apa,” begitu mereka mengadu kepada Nehemia.

Dan seolah semua itu belum cukup, para pemberi pinjaman uang dan pemegang gadai itu adalah orang sebangsa mereka—Yahudi, bukan “penduduk asli” dan bukan juga orang Persia. “Walaupun kami ini sedarah sedaging dengan saudara-saudara sebangsa kami dan anak-anak kami sama dengan anak-anak mereka,” protes mereka, “Namun kami terpaksa membiarkan anak-anak lekaki dan anak-anak perempuan kami menjadi budak” (ay.5). Bagi kebanyakan orang di Timur Dekat kuno, harta ekonomis mereka terdiri hanya atas dua hal tersebut.

Kondisi mengerikan yang dialami orang-orang di bawah pemerintahannya ini mengejutkan Nehemia. Ia memanggil para pemuka dan para penguasa, dan memarahi mereka, “Masing-masing kamu telah makan riba dari saudara-saudaramu!” (ay.7).

Apa jawaban mereka? Diam. Tidak ada jawaban. Mereka juga tidak mengaku bersalah. “Mereka berdiam diri karena tidak dapat membantah” (ay.8).

Nehemia melanjutkan, “Biarlah kamu kembalikan kepada mereka hari ini juga ladang mereka, kebun anggur, kebun zaitun dan rumah mereka, pula hapuskanlah hutang mereka” (ay.11).

Kebanyakan kita telah mendengar tentang kalangan pebisnis (beberapa di antara mereka orang Advent) yang memperoleh kekayaan mereka dengna memeras para pekerja mereka. Tetapi manusia bukanlah untuk dipakai atau dimanfaatkan. Kita tidak akan melakukannya kepada Allah, bukan? Kalau begitu, kita juga tidak akan melakukannya kepada mereka yang menyandang gambar Allah, benar?

0 comments:

Post a Comment