“POTRET KASIH ALLAH”
25 April 2018
Keadilan Sosial
“Maka terdengarlah keluhan yang keras dari rakyat
dan juga dari pihak para isteri terhadap sesama orang Yahudi…’Ladang dan kebun
anggur dan rumah kami gadaikan untuk mendapatkan gandum pada waktu
kelaparan’…’walau kami ini sedarah sedaging dengan saudara-saudara sebangsa
kami…namun kami terpaksa membiarkan anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan
kami menjadi budak dan sudah beberapa anak perempuan kami harus membiarkan diri
dimiliki orang.’” (Nehemia 5:1-5).
Situasi di Yehuda telah sampai pada titik didih.
Kebutuhan finansial mendorong orang ke bibir jurang keputusasaan. Dan bisa jadi
beberapa dari mereka telah terjatuh ke dalamnya!
Telah terjadi musibah kelaparan, dan untuk dapat
bertahan hidup saja mereka harus menggadaikan rumah—tanah yang diberikan Allah
untuk mereka—supaya mereka bisa membeli makanan. Dan yang menambah parah luka
mereka, masih ada pajak yang harus mereka bayar kepada bangsa Persia atas tanah
yang sudah mereka gadaikan itu. “Kami harus meminjam uang untuk membayar pajak
yang dikenakan raja atas ladang dan kebun anggur kami” (Neh.5:4). Dan untuk
mendapatkan makanan mereka harus menjual beberapa anak mereka menjadi budak.
“Kami tidak dapat berbuat apa-apa,” begitu mereka mengadu kepada Nehemia.
Dan seolah semua itu belum cukup, para pemberi
pinjaman uang dan pemegang gadai itu adalah orang sebangsa mereka—Yahudi, bukan
“penduduk asli” dan bukan juga orang Persia. “Walaupun kami ini sedarah
sedaging dengan saudara-saudara sebangsa kami dan anak-anak kami sama dengan
anak-anak mereka,” protes mereka, “Namun kami terpaksa membiarkan anak-anak
lekaki dan anak-anak perempuan kami menjadi budak” (ay.5). Bagi kebanyakan
orang di Timur Dekat kuno, harta ekonomis mereka terdiri hanya atas dua hal
tersebut.
Kondisi mengerikan yang dialami orang-orang di
bawah pemerintahannya ini mengejutkan Nehemia. Ia memanggil para pemuka dan
para penguasa, dan memarahi mereka, “Masing-masing kamu telah makan riba dari
saudara-saudaramu!” (ay.7).
Apa jawaban mereka? Diam. Tidak ada jawaban. Mereka
juga tidak mengaku bersalah. “Mereka berdiam diri karena tidak dapat membantah”
(ay.8).
Nehemia melanjutkan, “Biarlah kamu kembalikan
kepada mereka hari ini juga ladang mereka, kebun anggur, kebun zaitun dan rumah
mereka, pula hapuskanlah hutang mereka” (ay.11).
Kebanyakan kita telah mendengar tentang kalangan
pebisnis (beberapa di antara mereka orang Advent) yang memperoleh kekayaan
mereka dengna memeras para pekerja mereka. Tetapi manusia bukanlah untuk
dipakai atau dimanfaatkan. Kita tidak akan melakukannya kepada Allah, bukan?
Kalau begitu, kita juga tidak akan melakukannya kepada mereka yang menyandang
gambar Allah, benar?
0 comments:
Post a Comment