Renungan Pagi “POTRET KASIH ALLAH”
26 Maret 2018
Nubuatan yang Tergenapi Sebagian
“Lalu mereka menguburkan raja di Samaria… Ketika
kereta itu dicuci di tepi telaga Samaria, maka darah raja dijilat anjing” (1
Raja-raja 22:37, 38).
Ahab, raja Israel, bersekutu dengan Yosafat, raja
Yehuda untuk berseteru dengan suku Ramot-Gilead. Namun serangan tidak dilakukan
begitu saja. Ahab berkonsultasi terlebih dulu dengan 400 nabinya, yang segera
meyakinkannya—meskipun dalam kalimat yang mendua arti—bahwa mereka akan
memenangkan pertempuran. Yosafat menginginkan pendapat keduanya, maka Nabi
Mikha pun dimintai pendapat. Meskipun awalnya Mikha membeo apa yang dikatakan
400 orang nabi itu, akhirnya ia mengemukakan bahwa ia melihat “seluruh Israel
bercerai-berai di gunung-gunung seperti domba-domba yang tidak mempunyai
gembala, sebab itu TUHAN berfirman: Mereka ini tidak punya tuan” (1 Raj.22:17).
Ahab dan Yosafat tetap maju ke medan perang. Ahab
berperang dengan menyamar, sementara ia menyuruh Yosafat memakai pakaian
kebesarannya ke medan perang. (Para ahli berbeda pendapat apakah Ahab dengan
tindakannya itu melindungi Yosafat atau dirinya sendiri.)
Akhirnya muslihat Ahab itu malah menyelamatkan
hidup Yosafat. Sebaliknya, seorang pemanah berhasil menyarangkan anak panahnya
di titik lemah baju zirah Ahab. Raja Israel itu pun mati karena kehabisan darah
di kereta perangnya. Jasadnya lalu dibawa ke Samaria, dan darahnya, setelah
dicuci dari kereta, dijilati oleh anjing-anjing. Dan “perempuan-perempuan
sundal mandi” (ay.38) di dalam air yang bercampur darahnya.
Kita raja-raja bercerita betapa Ahab menemui nasib yang
telah dinubuatkan. Satu nubuatan tercatat (anjing menjilati darahnya),
sedangkan nubuat lainnya tidak tercatat (para pelacur mandi, entah untuk apa,
di kubangan darahnya).
Elia telah menubuatkan, “Di tempat anjing telah
menjilat darah Nabot, di situ jugalah anjing akan menjilat darahmu” (1
Raj.21:19). Elia benar…sebagian. Darah Ahab memang dijilati anjing seperti
darah Nabot, tetapi peristiwa ini tidak terjadi di tempat yang sama seperti
disebut dalam perkataan Elia. Jasad Nabot di Yizreel, sedangkan jasad Ahab di
Samaria.
Baik Elia maupun Mikha tidak berbicara sepatah pun
tentang perempuan sundal yang “mandi darah” Ahab, sehingga barangkali kejadian
aneh ini merupakan penggenapan sebuah nubuatan yang tidak diketahui.
Kejadian-kejadian aneh menyisakan misteri bagi
kita. Bagaimanakah mungkin Elia, Mikha, dan seorang nabi tak dikenal lainnya
bisa bernubuat dengan tepat tentang suatu kejadian, tetapi Elia bisa salah
tentang tempat jadian itu? Nubuatan dapat salah (Paulus di kemudian hari
menyatakan hal yang serupa dalam 1 Kor.13:8), terutama karena para nabi pun
memiliki kehendak bebas. Di sinilah nampak betapa Allah menghargai kebebasan
kita.
0 comments:
Post a Comment