Wednesday, April 11, 2018

Renungan Pagi 12 April 2018


“POTRET KASIH ALLAH”
12 April 2018

Allah Pantas Mendapatkan yang Terbaik dari Kita

“Dan rumah yang hendak kudirikan itu harus besar, sebab Allah kami lebih besar dari segala allah” (2 Tawarikh 2:5).

Baik Daud maupun Salomo ingin membangun Bait bagi Allah sebagai monumen yang kemegahannya tiada banding. Saat itu, kemah pertemuan Musa telah menjadi semacam benda keramat saja. Kemah tersebut telah menjalankan fungsinya dengan baik sebagai kemah suci yang dapat berpindah-pindah, tetapi sekarang dengan berdirinya sebuah kerajaan dengan ibukota yang tetap di Yerusalem, sudah waktunya untuk mendirikan sebuah bangunan yang lebih megah—sesuatu yang sesuai dengan kemuliaan Allah.

Daud, setelah dilarang oleh TUHAN untuk membangun Bait Allah selama masa pemerintahannya, mulai mengumpulkan bahan-bahan berharga untuk bangunan besar yang akan didirikan oleh anaknya. Menurut 1 Tawarikh 22:14 dan 29:1-6, untuk keperluan itu Daud telah mengumpulkan 3.883 ton emas dan 37.964 ton perak. Sebagai tambahan, para pejabat di pemerintahannya turut menyumbang 188,5 ton emas, 377 ton perak, 678,6 ton perunggu, dan 3.770 ton besi, belum termasuk permata berharga dan 10.000 uang emas ( 1 Taw.29:7,8, satu talenta sama dengan 75,4 pon, sedangkan 1 pon = 0,454 kg).

Raja Salomo membayar kepada Huram, raja Tirus, untuk mengirimkan sejumlah besar ahli kerajinan beserta kayu aras, sanobar dan cendana dari gunung Libanon yang dibutuhkan untuk pembangunan itu: 2.540 ton gandum, 2.540 ton jelai, 416.395 liter anggur, dan 416.395 liter minyak zaitun ( 2 Taw.2:10). Sebagai tambahan, Salomo juga mempekerjakan orang asing di daerah kekuasaannya sebagai budak—70.000 sebagai tukang angkut, 80.000 sebagai pemecah batu, dan 3.600 orang sebagai mandor (ay.17,18). Setelah jadi, bangunan tersebut akan berukuran kira-kira 30.5 meter panjangnya, 9,14 meter lebarnya, dan 15,24 meter tingginya.
Padahal kita mengira bahwa proyek pembangunan gereja kita memakan biaya terlalu banyak!

Ada kalangan Advent yang berpendapat bahwa kita tidak perlu berlebihan dalam mengeluarkan biaya pembangunan sebuah gereja baru, dan dari penampilan banyak gereja rupanya pendapat kalangan inilah yang dipakai! Lagipula, menurut kalangan ini, Tuhan segera datang, dan kita seharusnya menyumbang untuk bidang yang lain, misalnya bidang misi. Proyek-proyek misi tentu pantas mendapatkan dukungan kita, tapi benarkah ke sana kita sumbangkan uang kita? Sedihnya, fakta menunjukkan bahwa orang-orang yang berpendapat demikian seringkali menempati rumah-rumah yang lebih megah ketimbang gereja mereka—situsi yang tidak dapat diterima oleh Daud. Sudah seharusnyalah, tempat ibadah kita mencerminkan rasa cinta kita kepada Allah. Ups! Barangkali mereka pun (merasa) demikian…dan itulah masalahnya.

0 comments:

Post a Comment