“POTRET KASIH ALLAH”
12 April 2018
Allah Pantas Mendapatkan yang Terbaik dari
Kita
“Dan rumah yang hendak kudirikan itu harus besar,
sebab Allah kami lebih besar dari segala allah” (2 Tawarikh 2:5).
Baik Daud maupun Salomo ingin membangun Bait bagi
Allah sebagai monumen yang kemegahannya tiada banding. Saat itu, kemah
pertemuan Musa telah menjadi semacam benda keramat saja. Kemah tersebut telah
menjalankan fungsinya dengan baik sebagai kemah suci yang dapat
berpindah-pindah, tetapi sekarang dengan berdirinya sebuah kerajaan dengan
ibukota yang tetap di Yerusalem, sudah waktunya untuk mendirikan sebuah
bangunan yang lebih megah—sesuatu yang sesuai dengan kemuliaan Allah.
Daud, setelah dilarang oleh TUHAN untuk membangun
Bait Allah selama masa pemerintahannya, mulai mengumpulkan bahan-bahan berharga
untuk bangunan besar yang akan didirikan oleh anaknya. Menurut 1 Tawarikh 22:14
dan 29:1-6, untuk keperluan itu Daud telah mengumpulkan 3.883 ton emas dan
37.964 ton perak. Sebagai tambahan, para pejabat di pemerintahannya turut
menyumbang 188,5 ton emas, 377 ton perak, 678,6 ton perunggu, dan 3.770 ton
besi, belum termasuk permata berharga dan 10.000 uang emas ( 1 Taw.29:7,8, satu
talenta sama dengan 75,4 pon, sedangkan 1 pon = 0,454 kg).
Raja Salomo membayar kepada Huram, raja Tirus,
untuk mengirimkan sejumlah besar ahli kerajinan beserta kayu aras, sanobar dan
cendana dari gunung Libanon yang dibutuhkan untuk pembangunan itu: 2.540 ton
gandum, 2.540 ton jelai, 416.395 liter anggur, dan 416.395 liter minyak zaitun
( 2 Taw.2:10). Sebagai tambahan, Salomo juga mempekerjakan orang asing di
daerah kekuasaannya sebagai budak—70.000 sebagai tukang angkut, 80.000 sebagai
pemecah batu, dan 3.600 orang sebagai mandor (ay.17,18). Setelah jadi, bangunan
tersebut akan berukuran kira-kira 30.5 meter panjangnya, 9,14 meter lebarnya,
dan 15,24 meter tingginya.
Padahal kita mengira bahwa proyek pembangunan
gereja kita memakan biaya terlalu banyak!
Ada kalangan Advent yang berpendapat bahwa kita
tidak perlu berlebihan dalam mengeluarkan biaya pembangunan sebuah gereja baru,
dan dari penampilan banyak gereja rupanya pendapat kalangan inilah yang
dipakai! Lagipula, menurut kalangan ini, Tuhan segera datang, dan kita
seharusnya menyumbang untuk bidang yang lain, misalnya bidang misi. Proyek-proyek
misi tentu pantas mendapatkan dukungan kita, tapi benarkah ke sana kita sumbangkan
uang kita? Sedihnya, fakta menunjukkan bahwa orang-orang yang berpendapat
demikian seringkali menempati rumah-rumah yang lebih megah ketimbang gereja
mereka—situsi yang tidak dapat diterima oleh Daud. Sudah seharusnyalah, tempat
ibadah kita mencerminkan rasa cinta kita kepada Allah. Ups! Barangkali mereka
pun (merasa) demikian…dan itulah masalahnya.
0 comments:
Post a Comment