“POTRET KASIH ALLAH”
9 April 2018
Kesalahan Siapa?
“Iblis…membujuk Daud untuk menghitung orang Israel”
(1 Tawarkih 21:1).
Setiap membaca kisah ini, pertanyaan membanjiri
benak kita. Tentu saja kita tidak dapat membahas semuanya di sini. Namun ada
satu aspek yang dapat kita sentuh: siapakah yang bertanggung jawab atas
keputusan Daud untuk mengadakan sensus di Israel?
Menariknya, Alkitab memberikan berbagai sinyal
petunjuk tentang siapa yang bertanggung jawab atas sensus yang menimbulkan
kesedihan di hati Raja Daud dan rakyatnya itu. Saya mengajak kita untuk sejenak
merenungkan hal ini.
Kitab Tawarikh di dalam ayat hari ini memberitahu
kita bahwa Iblislah yang telah membujuk Daud untuk mengadakan sensus. Ini
adalah satu-satunya ayat dalam Alkitab di mana kata Ibrani untuk Iblis tidak
memakai kata sandang (dalam Bahasa Inggris, kata “Satan” di sini tidak memakai kata sandang “the”.) dengan kata lain, “Iblis” dalam ayat ini bukan merupakan
kata ganti nama, sebutan, ataupun julukan. Di sini, meskipun tidak dipakai kata
sandang, nampaknya pada saat kitab Tawarikh ini ditulis kata tersebut hendak
merujuk pada seseorang. (Bandingkan dengan penggunaan kata “the pastor” dibandingkan “pastor”.) Jadi menurut kitab ini,
Iblislah yang telah membujuk Daud untuk melakukan sensus.
Dalam 2 Samuel 24:1, yang mencatat juga kisah yang
sama, kita diberitahu bahwa TUHAN murka kepada Daud dan “menghasut Daud…,
firman-Nya: “Pergilah, hitunglah orang Israel dan orang Yehuda. “Jadi, menurut
ayat ini, Allah yang membuat Daud melakukannya…dan kemudian menghukumnya karena
telah menaati dorongan Ilahi!
Tapi kita belum sampai di akhir cerita. Catatan di
dalam 2 Samuel dan 1 Tawarikh ternyata berisi sinyal yang salah, karena dalam
ayat-ayat selanjutnya Daud mengakui bahwa dialah yang memutuskan dilakukannya
sensus: “Bukankah aku ini yang menyuruh menghitung rakyat dan aku sendirilah
yang telah berdosa dan yang melakukan kejahatan” (1 Taw. 21:17) dan
“Sesungguhnya, aku telah berdosa, dan aku telah membuat kesalahan” (2
Sam.24:17). Daudlah yang bertanggung jawab untuk tindakan yang diambilnya
(bahkan Yoab, tangan kanannya, sudah mencegahnya melakukan sensus itu), bukan
Iblis dan bukan Allah.
Allah telah memberikan kita kehendak bebas dan
memberikan kita ganjaran berat dengan memanggil kita untuk mempertanggungjawabkannya.
Itulah yang disebut keadilan. Seperti Daud, kita juga perlu mengakui kesalahan
kita. Alasan-alasan “Setan membuatku melakukan ini” atau “Tuhan yang menyuruhku
melakukannya” tidak sah. Karena kita telah diberkati dengan kehendak bebas, jawaban
kita satu-satunya adalah “Ya, saya bersalah.” Dan ketika kita mau bertanggung
jawab atas tindakan kita, maka Allah, hakim kita yang pemurah, dapat memberikan
ampunan yang kita butuhkan.
0 comments:
Post a Comment