Saturday, April 7, 2018

Renungan Pagi 8 April 2018

“POTRET KASIH ALLAH”
8 April 2018

Kepemimpinan yang Baik

“Demikianlah Daud telah memerintah atas seluruh Israel, dan menegakkan keadilan dan kebenaran bagi seluruh bangsanya” (1 Tawarikh 18:14).

Kita sering menjumpai betapa pemerintahan raja-raja Israel diringkas dengan kata-kata negatif. Raja Nadab “melakukan apa yang jahat di mata TUHAN” (1 Raj.15:26); Baesa juga “melakukan apa yang jahat di mata TUHAN” (ay.34). Raja Omri “melakukan apa yang jahat di mata TUHAN dan ia melakukan kejahatan lebih dari pada segala orang yang mendahuluinya” (1 Raj. 16:25); Yoram “melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, tetapi bukan seperti ayahnya dan seperti ibunya” (1 Raj. 3:2). Dan bahkan Raja Salomo dicatat “melakukan apa yang jahat di mata TUHAN” (1 Raj.11:6).

Namun ayat Alkitab hari ini mengatakan bahwa Raja Daud ( di samping beberapa catat celanya) “menegakkan keadilan dan kebenaran bagi seluruh bangsanya.” Sebenarnya apakah yang membuat pemerintahannya mendapat predikat yang gemilang seperti itu? Ayat ini ternyata menggunakan kata Ibrani “asah”. Kata ini menempati urutan ketiga sebagai kata yang paling banyak digunakan di dalam Perjanjian Lama, dan dapat berarti “membuat,” “menciptakan”, “melakukan.” Dengan kata lain, Daud telah menciptakan sesuatu, membuat sesuatu menjadi ada.

Dan apakah yang telah dijadikan oleh Daud? Ayat hari ini menjelaskan dengan menggunakan kata benda mishpat (keadilan) dan tsedaqah (kebenaran). Daud menciptakan dua kondisi ini—keadilan dan kebenaran. Dua kata yang nampak sama bagi kita, tapi memiliki nuansa yang berbeda.

Kata pertama, misphat, kadang-kadang merujuk pada tindakan memberi keputusan dalam suatu peradilan, tetapi sebenarnya memiliki arti lebih dari itu. Semua raja—baik atau buruk—membuat banyak keputusan hukum. Lalu mengapa Daud yang dipuji-puji karena melakukan hal itu? Karena kata tersebut mengandung arti adanya tatanan sosial yang dilanggar—dua pihak yang saling berselisih. Kemudian datanglah pihak ketiga—dalam hal ini Daud—untuk mengembalikan keselarasan dengan menegakkan misphat.

Kata kedua, tsedaqah, memiliki makna yang luas kesetiaan dan kemurahan hati. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan-keputusan yang dibuat oleh Raja Daud adalah adil dan tak berpihak. Yang bersalah dihukum secara adil, yang tak bersalah dibebaskan. Singkatnya, Daud memulihkan keadilan.

Sekarang, itulah yang disebut kepemimpinan yang baik—hanya pilih kasih terhadap mereka yang tak bersalah! Ketika yang bersalah dihukum keadilan pun ditegakkan—bagi seluruh masyarakat. Sikap- pilih kasih merusak hubungan, tetapi ketidakberpihakan memelihara hubungan. Para pemimpin kelas satu, termasuk orang tua, ciptakanlah atmosfer di dalam mana kesejahteraan selaras bisa bertumbuh.

0 comments:

Post a Comment