“POTRET KASIH ALLAH”
4 April 2018
Kematian Tragis Uza
“Uza mengulurkan tangannya memegang tabut itu,
karena lembu-lembu itu tergelincir. Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza,
lalu Ia membunuh dia oleh karena Uza telah mengulurkan tangannya kepada tabut
itu: (1 Tawarikh 13:9,10).
Dalam keseluruhan Alkitab, terkadang kita menjumpai
ayat-ayat yang membingungkan. Untungnya yang seperti itu tidak banyak, namun
cukup untuk menantang cara pandang yang biasa kita anut. Penggalan kisah Uzi
ini adalah salah satu cerita yang membingungkan itu.
Raja Saul telah menelantarkan tabut perjanjian,
yang pada saat itu berarti sangat menyepelekan Allah, karena tabut itu mewakili
kehadiran pribadi TUHAN sendiri. Seperti halnya bangsa Israel telah “menampar”
Allah langsung di wajah-Nya dengan meminta seorang raja, demikianlah kerajaan
pertama mereka melanjutkan penghinaan itu dengan menelantarkan tabut-Nya. Daud memutuskan
untuk memperbaiki situasi ini.
Setelah meminta pendapat para pengikutnya, Daud
bersama-sama dengan rombongannya pergi ke Kiryat Yearim, dimana tabut
ditempatkan di rumah Abinadab. Mereka meletakkan tabut di atas sebuah kereta
lembu, dan dengan semangat tinggi bernyanyi, bermain musik dan menari, dan
memulai perjalanan +130 km ke Yerusalem, di mana Daud sudah mendirikan
sebuah tempat suci—tenda untuk menaunginya.
Ketika menjejakkan kaki mereka di tanah Kidon,
lembu-lembu itu terantuk sesuatu sehingga keretanya bergoyang, dan tabut
terjungkit. Uza, anak Abinadab yang mengemudikan kereta mengulurkan tangannya
menahan tabut agar tidak terjatuh ke tanah dan hancur berantakan. Malang baginya,
TUHAN menganggapnya sesuatu yang lancang, dan “membunuh dia.”
Maka iring-iringan itu pun tidak beranjak lebih
jauh, dan benda berlapis emas itu pun disemayamkan di tempat kediaman
Obed-Edom. Lama setelah kejadian itu barulah Daud mencoba lagi usahanya. Kali ini
ia menyuruh suku Lewi untuk membawa tabut dengan cara mengusungnya di atas bahu
mereka sesuai apa yang diajarkan Musa. Sekali lagi prosesi tabut berjalan
diiringi tari-tarian dan nyanyian sukacita menuju ke Yerusalem, di mana tabut
itu ditaruh di tempat suci yang telah disiapkan oleh Daud.
Daud dengan tulus hati hendak memberikan rumah bagi
tabut Allah di ibukota. Uza, juga dengan tulus hati mencoba menyelamatkan tabut
agar tidak jatuh dan hancur berantakan. Lalu mengapa Allah murka sebagaimana
yang dilakukan-Nya? Di saat lain TUHAN berkenan menerima situasi yang ada. Reaksi
Allah cukup membingungkan—karena biasanya murka Allah dijatuhkan pada mereka
yang memberontak kepada-Nya. Barangkali, betapapun baiknya niat seseorang, yang
terpenting adalah melakukan dengan cara yang benar.
0 comments:
Post a Comment