“POTRET KASIH ALLAH”
13 April 2018
Para Pekerja yang Tidak Kudus?
“Dan Huram membuat juga kuali-kuali,
penyodok-penyodok dan bokor-bokor penyiraman. Demikianlah Huram menyelesaikan
pekerjaan yang harus dilakukannya bagi raja Salomo di rumah Allah” (2 Tawarikh
4:11).
Dari waktu ke waktu pertanyaan ini muncul di
lingkungan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh tentang pantas tidaknya
mempekerjakan orang-orang non-Advent dalam pekerjaan gereja—misalnya untuk
mencetak literature kita yang berisi kebenaran (“Apakah kita mencetak Adventist Review di percetakan yang juga
mencetak majalah Playboy?”); untuk
membiayai pekerjaan gereja (dengan uang “kotor”); atau untuk bekerja secara
fisik di pembangunan gereja, sekolah, rumah sakit, dan lembaga lainnya (“tangan-tangan
kotor” menyentuh material untuk bangunan suci?). Banyak orang Advent mula-mula
yang bahkan menolak menyebutkan nama-nama hari dan menggantinya dengan hari
kesatu, hari kedua, hari keenam, dst. Mengapa? Karena hari-hari dalam seminggu
itu kita tahu berkaitan dengan nama-nama dewa kaum penyembah berhala—hari matahari,
hari bulan, hari Thor, dst.
Mari pertama-tama kita perhatikan apa yang
dilakukan oleh orang Advent masa kini. Apakah kita harus menghilangkan
istilah-istilah yang memiliki akar penyembahan berhala? Haruskah kita menyebut “hari
keempat” dan bukannya hari Rabu (Wednesday)
yang mengandung nama Odin, dewa tertinggi suku Skandinavia di Jerman? Apakah ada
contoh di dalam Alkitab yang dapat menolong kita dalam hal ini? Ternyata ada,
di dalam 1 Raja-raja 8:2 dikatakan bahwa bait Allah buatan Salomo diresmikan
pada bulan Etanim, dari bahasa Kanaan,
dan bukannya Tishri, Bahasa Ibrani
yang sama-sama memiliki arti bulan ketujuh. Orang Israel juga menyebut bulan
kesepuluh dalam tahun upacara (bulan keempat penanggalan umum) dengan Tammuz, nama dewa yang sekaligus juga
nama bulan—sebuah istilah Mesopotamia yang mereka pelajari selama pembuangan di
Babel.
Sekarang kita dapat kembali ke topik semula. Mungkin
akan mengejutkan sebagian orang jika melihat bahwa bukan hanya orang Israel
yang bekerja dalam pembangunan bait suci Salomo. Seperti yang ditunjukkan oleh
ayat Alkitab hari ini, Huram, yang memiliki ibu dari suku Dan dan ayah orang
Tirus, membuat beberapa benda yang akan digunakan sebagai persembahan kudus
bagi TUHAN. Huram, raja Tirus, mengirimkan orang ini dan ahli-ahli lainnya
untuk membantu proyek tersebut. Selain itu, Salomo juga mempekerjakan (katanya
yang diperhalus untuk “memperbudak”) lebih dari 100.000 orang asing yang
tinggal di wilayahnya dalam pelbagai pekerjaan di proyeknya (2 Taw.2:2, 17,18).
Jadi mungkin mulai
saat ini, kita tidak boleh membiarkan hati nurani kita menjadi terlalu peka. Atau
barangkali saraf spiritual kita akan selalu gelisah bila berkenaan dengan standar
dan cita rasa kita.
0 comments:
Post a Comment