18 April 2018
Akhir Sebuah Kisah
“Dan [Manasye] berdoa kepada-Nya. Maka TUHAN…membawa
kembali ke Yerusalem dan memulihkan kedudukannya sebagai raja. Dan Manasye
mengakui, bahwa TUHAN itu Allah” (2 Tawarikh 33:13).
Pada tahun 687 SM, Manasye, yang baru berusia 12
tahun, menjadi raja Yehuda, menggantikan almarhum ayahnya Hizkia. Selama 55
tahun Manasye memerintah, dan hampir selama waktu tersebut “Ia melakukan apa
yang jahat di mata TUHAN” (2 Taw. 33:2).
Hizkia telah bekerja keras untuk melakukan
reformasi keagamaan di kerajaannya. Pemerintahannya tidak selalu berlangsung
mulus, tapi kebaikan justru datang dari sebuah ancaman militer. Sebagai contoh,
Hizkia mendapatkan sebuah sumber air untuk Yerusalem dan membuat saluran
panjang dari batu untuk mengalirkan air tersebut ke Yerusalem, sebuah berkat
yang muncul karena ditempa oleh bencana yang mengancam. Alkitab mengatakan
bahwa “Ia percaya kepada TUHAN, Allah Israel, dan diantara semua raja-raja
Yehuda, baik yang sesudah dia maupun yang sebelumnya, tidak ada lagi yang sama
seperti dia” (2 Raj.18:5).
Semua pembaruan yang dilakukan oleh Hizkia
dikacaukan oleh Manasye. Daftar dosanya meliputi: (1) membangun kembali bukit-bukit
pengorbanan, (2) membangun mezbah untuk Baal, (3) membuat patung-patung Asyera,
(4) menyembah benda-benda langit, (5) mengorbankan anak-anak lelakinya ke dalam
api, (6) memperbolehkan ramal-meramal, (7) melakukan telaah dan sihir, (8)
berhubungan dengan spiritisme (dunia arwah dan roh), (9) menaruh patung-patung
berhala di bait Allah, dan (10) membunuh, bukannya membela, para korban yang
tak bersalah.
Dalam 2 Raja-raja, kisah pemerintahan Manasye
berakhir dengan catatan kecil. “Selebihnya dari riwayat Manasye, segala yang
dilakukannya dan dosa-dosa yang diperbuatnnya, bukankah semuanya itu tertulis
dalam kitab sejarah raja-raja Yehuda? Kemudian Manasye…dikuburkan ditaman
istananya, di taman Uza” (2 Raj.21:17,18). Ia melangkah ke kuburnya tidak dalam
keagungan—tetapi sebagai seorang raja terburuk yang pernah dimiliki Yehuda. Ia bahkan
tidak dikuburkan di taman makam raja-raja.
Akhir sebuah kisah—setidaknya di dalam 2 Raja-raja.
Tetapi ada lagi—sisa dari kisah ini. Penulis kitab Tawarikh menceritakan bahwa
Manasye bertobat, kejadian yang tidak ditemukian dalam kitab 2 Raja-raja. “Ia
berusaha melunakkan hati TUHAN…merendahkan diri di hadapan Allah nenek
moyangnya…Manasye mengakui, bahwa TUHAN itu Allah.” (2 Taw. 33:12,13).
Syukurlah ada kitab Tawarikh yang menyajikan akhir
kisah itu untuk kita. Bahkan seseorang yang begitu jahat seperti Manasye masih
boleh bertobat. Seseorang yang jahat bukan berarti tidak dapat diselamatkan. Jika
kita mengizinkan-Nya, Allah dapat menarik garis yang lurus dari garis lengkung
kita. Itulah yang disebut anugerah.
0 comments:
Post a Comment