Friday, April 20, 2018

Renungan Pagi 21 April 2018


“POTRET KASIH ALLAH”
21 April 2018

Ceraikan istri-istrimu

“Tetapi sekarang mengakulah…dan pisahkanlah dirimu dari…perempuan-perempuan asing itu!” Dengan memegang tangan, mereka itu berjanji akan mengusir isteri mereka” (Ezra 10:11,19).

Penduduk di Timur Dekat kuno tidak bersifat individualistis seperti orang Barat. Kita bangga karena dapat menjadi orang yang bebas, berbeda, dan unik. Kita berpikiran dalam kerangka bahwa setiap orang memiliki citra diri yang berbeda-beda. Tidak demikian halnya di dunia kuno (dan di banyak budaya hingga hari ini). Orang-orang ini memiliki apa yang disebut oleh para antropolog sebagai “kepribadian dyadic,” yaitu bahwa citra diri mereka tidak berasal dari dalam kejiwaan mereka tapi berasal dari penilaian teman-teman atau tetangganya. “Saya adalah saya sebagaimana Anda (dan orang lain) memandang dan menilai saya.”

Sebagai tambahan, nenek moyang dan kaum kerabat juga sangat penting dalam membentuk dan memelihara citra diri seseorang, yang akan berimbas pada praktik endogamy; perkawinan di dalam klan—ikatan perkawinan dengan kerabat dekat. Di Mesir para Firaun kerap menikahi saudara perempuannya atau saudara dekatnya. Abraham mengirim pembantunya ke “tanah leluhur” untuk mencarikan istri bagi Ishak dari antara sepupunya. Ishak dan Ribka mengirim Yakub ke rumah Paman Laban untuk menemukan istri yang cocok. Itu adalah salah satu alasan mengapa perkawinan antara orang Israel dengan suku Kanaan, yang memiliki Bahasa dan banyak adat istiadat yang sama, sangat ditentang. Ikatan pernikahan dengan orang di luar klan mengancam ikatan di dalam system kekerabatan. Praktik itu juga akan membawa serta penyembahan kepada dewa-dewa lain, yang dapat (dan sudah) menggerogoti agama orang Israel dan membahayakan perjanjian yang sudah dibuat TUHAN dengan umat Israel.

Pembuangan ke Babel telah memusnahkan identitas orang Israel, mengisolasi bangsa terbuat ini dari Tanah Perjanjian dan Bait Allah dengan segala upacaranya. Sekarang, setelah Ezra datang ke Yerusalem, ia mendapat kabar bahwa banyak orang Israel telah menikahi wanita bukan Israel. Dan dari perkawinan “campuran” ini telah dilahirkan banyak anak. Keunikan budaya, termasuk di dalamnya religiositas yang berbeda, berada dalam risiko yang tak terbayangkan.

Tidak terlau mengherankan jika kemudian Ezra terkejut melihat situasi itu. Hanya ada satu pengobatan yang cocok—mengusir istri-istri bukan Israel itu beserta anak-anak mereka. Tindakan yang radikal dengan cara memisahkan keluarga-keluarga ini terlihat kejam bagi kita. Bagaimana mungkin kesalahan ganda (menikahi perempuan penyembah berhala dan kemudian menceraikannya lalu mengusirnya bersama anak-anaknya) membuat sesuatu menjadi benar? Tetapi bagi orang-orang berkepribadian dyadic, operasi radikal ini adalah “sesuai dengan resep dokter”.


0 comments:

Post a Comment