Tuesday, June 5, 2018

Renungan Pagi 3 Juni 2018


“POTRET KASIH ALLAH”
3 Juni 2018

Nabi dan Imam
Inilah perkataan-perkataan Yeremia bin Hilkia, dari keturunan imam yang ada di Anatot…datanglah firman TUHAN kepada Yeremia” (Yeremia 1:1, 2).
Tidak sering Alkitab menampilkan imam dan nabi sekaligus sebagai tokohnya. Di antaranya yang memenuhi kriteria tersebut adalah Samuel, dan Yeremia. Biasanya, para imam cenderung untuk mempertahankan status religius mereka, dan para nabi cenderung mengkritisinya. Barangkali bisa dikatakan bahwa para imam itu konservatif, sedangkan para nabi progresif, bahkan mungkin radikal! Para imam menekankan pentingnya persembahan hewan korban, sedangkan para nabi menyebut perbuatan mereka hampa makna… apabila tidak disertai gaya hidup yang lurus dan adil. Tapi sebenarnya, jika seseorang sudah hidup benar, untuk apa lagi mereka perlu mempersembahkan korban?
Di satu sisi, fungsi imam yang utama adalah mewakili umat untuk menghampiri hadirat Allah—melayani sebagai pengantara bagi umat sementara mereka mengatur darah korban. (Beberapa ahi berpendapat bahwa para imam di kemudian hari pun berperan mendoakan jemaat—sebuah fungsi pengantara juga.) Di lain pihak, fungsi kenabian yang utama adalah mewakili Allah untuk menghampiri umat-Nya—melayani sebagai pengantara atau pembawa pesan Allah. Itulah mengapa kita sering membaca tulisan nabi-nabi yang diawai dengan “Demikianlah firman TUHAN…”
Yeremia menyatukan kedua peran itu dalam pelayanannya. Ia melakukan komunikasi dua arah, mewakili umat untuk berbicara kepada TUHAN dan mewakili TUHAN untuk berbicara kepada umat-Nya.
Seperti dicatat dalam bacaan tanggal 30 Januari, gembala Protestan tidak berfungsi sebagai imam melainkan nabi. Tidak, mereka tidak berkeliling sambil meramalkan masa depan, tapi itu hanyalah salah satu makna kenabian. Kenabian dapat juga—dan seringkali—merujuk pada pesan-pesan dari Allah yang disampaikan melalui juru bicara-Nya. Para pengkhotbah mendekati umat sebagai wakil Allah dengan menyampaikan Firman-Nya.
Tentu saja di dalam gereja Katolik Roma, fungsi klerus sebagai seorang imam—para pria (bukan wanita) dijalankan dengan mempersembahkan korban Misa. Gereja-gereja Katolik berfungsi sebagai bait suci, di mana tubuh dan darah Yesus yang dianggap sudah bertransubstansi menjadi pusatnya. Tetapi di gereja-gereja Protestan tidak ada mezbah tempat mempersembahkan korban Misa. Alkitablah yang menjadi pusat perhatian, sementara penginjil—baik pria maupun wanita—menerangkan dan menggunakan Alkitab di dalam khotbah mereka.
Perbedaan peran imam dan nabi membuat pemahaman dan perilaku yang berbeda pula dalam menjalankan kebaktian.

0 comments:

Post a Comment