“POTRET KASIH ALLAH”
6 Juni 2018
Kejujuran Seorang Nabi
“Amin! Moga-moga TUHAN berbuat demikian! Moga-moga TUHAN menepati perkataan-perkataan
yang kaunubuatkan itu dengan dikembalikannya… semua orang buangan itu dari
Babel ke tempat ini” (Yeremia 28:6).
Alkitab menyebutkan
adanya nabi-nabi Baal. Mereka adalah nabi-nabi palsu, dan Elia telah menghajar
mereka dengan hebatnya. Namun Alkitab juga menyebutkan nabi-nabi TUHAN, yang
asli (Yeremia) dan yang bukan (Hananya). Bagaimana cara membedakannya (karena
keduanya berbicara mengatasnamakan Allah).
Salah satu cara
membedakan keabsahannya adalah dengan melihat keakuratan ramalan mereka.
“apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak
terjadi…, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; terlalu berani
nabi itu telah mengatakannya” (Ul.18:22). “Ujian” bagi nabi ini, tentu saja,
mensyaratkan penantian apakah suatu ramalan terbukti atau tidak. Tetapi bagaimana
jika pesan kenabian itu menuntut pengambilan keputusan yang segera?
Lebih jauh lagi,
munculnya kejadian yang diramalkan tidak selalu menunjukkan integritas seorang
nabi. Di bagian lain kitab Ulangan kita membaca: “Apabila… seorang nabi atau
seorang pemimpi… memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, dan apabila
tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk:
Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti
kepadanya, maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu”
(Ul.13:1-4).
Yeremia menemukan dirinya
berada dalam kesulitan semacam itu. Ia meramalkan bahwa tentara Babel akan
membawa sebagian besar penduduk sebagai tawanan perang dan mengasingkan mereka
selama 70 tahun. Tetapi Hananya, nabi TUHAN yang satunya lagi meramalkan: “Beginilah
firman TUHAN…: Aku telah mematahkan kuk raja Babel itu. Dalam dua tahun ini Aku
akan mengembalikan ke tempat ini segala perkakas rumah TUHAN… beserta semua
orang buangan dari Yehuda yang dibawa ke Babel” (Yer.28:2-4).
Siapa yang benar?
Yeremia? Hananya? Yeremia sendiri pun nampak bingung, setidaknya untuk sesaat. Apakah
Hananya benar? Karena itu Yeremia menjawab penuh harap dalam ayat har ini:
Moga-moga TUHAN menepati perkataan-perkataan yang kaunubuatkan itu.” Namun
ternyata, Yeremialah yang menyampaikan pesan asli, dan dua bulan kemudian
Hananya mati dan dikuburkan.
Tidak ada cara yang mudah
untuk menguji kejujuran seorang nabi. Namun Rasul Paulus, jauh di kemudian
hari, mengajarkan bahwa salah satu karunia Roh adalah “membedakan
bermacam-macam roh” (1 Kor.12:10). Dibutuhkan suatu karunia roh untuk
membedakan klaim-klaim kenabian.
0 comments:
Post a Comment