Friday, June 8, 2018

Renungan Pagi 7 Juni 2018



“POTRET KASIH ALLAH”
7 Juni 2018

Tangisan Rahel
Dengar! Di Rama terdengar ratapan, tangisan yang pahit pedih: Rahel menangisi anak-anaknya, ia tidak mau dihibur karena anak-anaknya, sebab mereka tidak ada lagi” (Yeremia 31:15).
Para pelajar Alkitab berbicara tentang “intertekstualitas.” Ungkapan itu merujuk pada penulis Alkitab yang mengutip Alkitab lainnya, dan menemukan makna “baru” untuk ayat yang dikutip tersebut kemudian menerapkannya pada konteks yang berbeda dengan yang dimaksudkan oleh penulis yang dikutip. Dengan kata lain, penulis yang satu mengutip penulis lainnya di luar konteks, hal mana merupakan “tabu” di dalam dunia akademis karena menyalahi maksud dari penulis asli.
Karena di zaman Timur Dekat kuno belum dikenal cara penafsiran Alkitab modern (ilmu dan seni menafsirkan Alkitab umumnya disebut “eksegesis”), penulis merasa bebas untuk memeras sari dari ayat-ayat yang dipilihnya.
TUHAN dalam ayat hari ini berbicara tentang Rahel yang telah lama mati, yang hancur hatinya karena kematian anaknya, seolah-olah masih hidup dan masih meratapi kehilangannya.
Sejarahnya, Rahel adalah nenek moyang suku-suku kerajaan utara Israel, yang memisahkan diri dari kerajaan Yehuda. Namun demikian, keturunannya dibuang ke pengasingan oleh Salmaneser V, raja Asyur, pada tahun 721 S.M. Belakangan, setelah Asyur jatuh di bawah kerajaan Babel, kerajaan Yehuda di Selatan juga menemui nasib yang sama. Tetapi ada harapan—bagi kedua rakyat yang terbuang. Demikianlah TUHAN memperingatkan: “Cegahlah suaramu dari menangis, dan matamu dari mencucurkan air mata, sebab untuk jerih payahmu ada ganjaran, demikianlah firman TUHAN; mereka akan kembali dari negeri musuh… Anak-anak akan kembali ke daerah mereka” (Yer.31:16,17).
Matius mengutip ayat 15 (di dalam Mat.2:17,18) untuk menggambarkan ibu-ibu yang meratap ketika Herodes yang Agung membantai anak-anak lelaki mereka dalam rangka membunuh bayi Yesus. Jelas, Alkitab melalui Yeremia merujuk kepada peristiwa yang sangat berbeda. Namun kutipan Matius yang diluar konteks tersebut tetap memelihara semangat di dalam pesan asli Yeremia, yaitu harapan di tengah-tengah kedukaan yang melanda.
Mungkin para pelajar Alkitab di masa kini harus meninggalkan kebiasaan mengutip di luar konteks yang dilakukan para penulis yang terinspirasi, dan focus pada metodologi eksegesis taat-asas sehingga dapat memberitakan dengan benar “perkataan kebenaran” (2 Tim.2:15).

0 comments:

Post a Comment