Sunday, June 17, 2018

Renungan Pagi 13 Juni 2018



“POTRET KASIH ALLAH”
13 Juni 2018

Seberkas Harapan
Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (Ratapan 3:22,23).

Salah satu lagu rohani yang dikenal orang berjudul “Besarlah Ya Tuhan Kasih Setia-Mu” (Lagu Sion No.89). Di tahun 1923, Thomas O. Chisholm menulis liriknya dan beberapa tahun kemudian William N. Runyan menggubah musiknya. Bagian reffrainnya menuangkan Ratapan 3:22,23 dalam bentuk lagu pujian, tentang iman. Syair dan nadanya sunggh tak mudah dilupakan.

Serangan tentara Babel di bawah perintah Raja Nebukadnezar sangat mengerikan. Jika bukan pengepungan itu, di satu sisi, yang menyebabkan kehilangan, maka dibuangnya mereka yang hidup ke Babel, di sisi lain, yang menjadi alasan untuk berduka. Dan memang benar, kitab Ratapan hampir tiada hentinya menggambarkan penghancuran yang terjadi.

“Anak-anak Sion yang berharga… dianggap belanga-belanga tanah buatan tangan tukang periuk” (Rat.4:2). “Lidah bayi melekat pada langit-langit karena haus” (ay.4). “Yang biasa duduk di atas bantal kirmizi terbaring di timbunan sampah” (ay.5). “Lebih bahagia mereka yang gugur karena pedang dari pada mereka yang tewas karena lapar” (ay.9). “dengan tangan sendiri wanita yang lemah lembut memasak kanak-kanak mereka” (ay.10). “Kami menjadi anak yatim, tak punya bapa, dan ibu kami seperti janda. Air kami kami minum dengan membayar” (Rat.5:3,4). “Mereka memperkosa wanita-wanita di Sion dan gadis-gadis di kota-kota Yehuda” (ay.11).

Bencana yang menimpa Yehuda sangatlah buruk! Demikianlah kitab Ratapan mengakhirinya dengan kata-kata yang buruk pula: “Engkau sudah membuang kami sama sekali” ay.22). Namun demikian di pasal sebelumnya (pasal 3) kita menemukan secercah harapan. Setelah hari-hari suram itu, mungkin—hanya mungkin—saat-saat yang lebih baik akan kembali. (Di dalam kitab Yeremia kita mempelajari bahwa memerlukan waktu 70 tahun—dua generasi—sebelum saat-saat yang baik itu bergulir kembali.) “Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap” (Rat.3:21).

Tetapi di manakah dasar untuk menaruh harapan itu ditemukan? Bukan pada Nebukadnezar. Bukan pada Yeremia. Bukan pada bait suci. Satu hal yang merupakan dasar yang benar adalah sifat Allah sendiri. Allah tidak dapat menahan diri-Nya untuk tidak menolong! Karena sifat, atau karakter-Nya, kita dapat melihat seberkas harapan. “Kasih-Mu kekal tak pernah berubah. Tak berkesudahan selamanya… Setiap pagi rahmat-Mu baru… Besar setia-Mu kepadaku.” Dan Ia masih sama hingga hari ini!

0 comments:

Post a Comment