“POTRET KASIH ALLAH”
13 Juni 2018
Seberkas Harapan
“Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya,
selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (Ratapan 3:22,23).
Salah satu lagu rohani
yang dikenal orang berjudul “Besarlah Ya Tuhan Kasih Setia-Mu” (Lagu Sion
No.89). Di tahun 1923, Thomas O. Chisholm menulis liriknya dan beberapa tahun
kemudian William N. Runyan menggubah musiknya. Bagian reffrainnya menuangkan
Ratapan 3:22,23 dalam bentuk lagu pujian, tentang iman. Syair dan nadanya
sunggh tak mudah dilupakan.
Serangan tentara Babel di
bawah perintah Raja Nebukadnezar sangat mengerikan. Jika bukan pengepungan itu,
di satu sisi, yang menyebabkan kehilangan, maka dibuangnya mereka yang hidup ke
Babel, di sisi lain, yang menjadi alasan untuk berduka. Dan memang benar, kitab
Ratapan hampir tiada hentinya menggambarkan penghancuran yang terjadi.
“Anak-anak Sion yang
berharga… dianggap belanga-belanga tanah buatan tangan tukang periuk”
(Rat.4:2). “Lidah bayi melekat pada langit-langit karena haus” (ay.4). “Yang
biasa duduk di atas bantal kirmizi terbaring di timbunan sampah” (ay.5). “Lebih
bahagia mereka yang gugur karena pedang dari pada mereka yang tewas karena
lapar” (ay.9). “dengan tangan sendiri wanita yang lemah lembut memasak
kanak-kanak mereka” (ay.10). “Kami menjadi anak yatim, tak punya bapa, dan ibu
kami seperti janda. Air kami kami minum dengan membayar” (Rat.5:3,4). “Mereka
memperkosa wanita-wanita di Sion dan gadis-gadis di kota-kota Yehuda” (ay.11).
Bencana yang menimpa
Yehuda sangatlah buruk! Demikianlah kitab Ratapan mengakhirinya dengan
kata-kata yang buruk pula: “Engkau sudah membuang kami sama sekali” ay.22).
Namun demikian di pasal sebelumnya (pasal 3) kita menemukan secercah harapan.
Setelah hari-hari suram itu, mungkin—hanya mungkin—saat-saat yang lebih baik
akan kembali. (Di dalam kitab Yeremia kita mempelajari bahwa memerlukan waktu
70 tahun—dua generasi—sebelum saat-saat yang baik itu bergulir kembali.)
“Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap”
(Rat.3:21).
Tetapi di manakah dasar
untuk menaruh harapan itu ditemukan? Bukan pada Nebukadnezar. Bukan pada
Yeremia. Bukan pada bait suci. Satu hal yang merupakan dasar yang benar adalah
sifat Allah sendiri. Allah tidak dapat menahan diri-Nya untuk tidak menolong!
Karena sifat, atau karakter-Nya, kita dapat melihat seberkas harapan. “Kasih-Mu
kekal tak pernah berubah. Tak berkesudahan selamanya… Setiap pagi rahmat-Mu
baru… Besar setia-Mu kepadaku.” Dan Ia masih sama hingga hari ini!
0 comments:
Post a Comment