“POTRET KASIH ALLAH”
18 Juni 2018
Tirus Diluluhlantakkan?
“Mereka akan memusnahkan tembok-tembok Tirus…; dan akan Kujadikan dia
gunung batu yang gundul. Ia akan menjadi penjemuran pukat di tengah lautan”
(Yehezkiel 26:4).
Tirus telah menjadi
sekutu umat Allah selama bertahun-tahun. Raja Hiram telah membantu proyek
pembangunan bait suci Salomo dengan menyediakan bahan-bahan bangunan, tenaga
kerja, dan transportasi. Tetapi ketika pasukan bersenjata Nebukadnezar
menyerang Yerusalem (586 SM), Tirus bersorak-sorai. Tahun itu juga Allah memerintahkan
Yehezkiel bernubuat tentang Tirus.
Kata-kata Yehezkiel
jelas. “Mereka akan memusnahkan tembok-tembok Tirus dan meruntuhkan
menara-menaranya, debu tanahnya akan Kubuang sampai bersih dari padanya dan
akan Kujadikan dia gunung batu yang gundul” (Yeh.26:4). Pelaksana perintah
surgawi ini pun disebutkan namanya: “Nebukadnezar… dengan memakai kuda, kereta,
pasukan berkuda, dan sekumpulan tentara yang banyak” (ay.7). Pasukan tentara
Nebukadnezar akan mendobrak benteng kota (ay.8). “Dengan kaki kuda-kudanya ia hendak
menginjak-injak semua jalan-jalanmu, rakyatmu akan dibunuh dengan pedang…
Mereka akan meruntuhkan tembok-tembokmu dan merobohkan rumah-rumahmu yang
indah; batumu, kayumu dan tanahmu akan dibuang ke dalam air” (ay.11,12). Tirus
akan diluluhlantakkan sehingga tak dapat dibangun kembali—lenyap selama-lamanya
(ay.14; 27:36; 28:19).
Selama 13 tahun bala
tentara Nebukadnezar mengepung benteng kelompok itu, dan meskipun rakyat Tirus
sangat menderita karenanya, peluluhlantakan yang dinubuatkan oleh Yehezkiel tak
pernah terjadi—setidaknya bukan disebabkan oleh serangan Nebukadnezar. Nayatanya
Tirus semakin kuat, meskipun menjadi jajahan Babel. Baru berselang 200 tahun
kemudian Alexander Agung membangun jalur lintasan dari daratan ke pulau
tersebut, dan menghancurkan kota itu. Bagaimana Tirus saat ini, di abad ke-21?
Terlepas dari tekad Yehezkiel yang menghendaki Tirus lenyap selama-lamanya,
hari ini Tirus menjadi salah satu kota besar di Libanon.
Loh, nubuatan gagal?
Bahkan Allah mengakui kegagalan itu dan berjanji untuk memberikan Mesir kepada
Nebukadnezar sebagai hadiah penghibur (Yeh.29:17-20).
Nubuatan itu tidak harus
terjadi. Karena sang Pencipta telah memberikan kehendak bebas kepada manusia,
kemahatahuan-Nya menjadi terbagi, pernyataan yang nampaknya bertentangan. Allah
tidak mengetahui pilihan-pilihan di masa depan, karena kita belum membuat
pilihan-pilihan itu. Bagaimana cara orang bereaksi—baik positif maupun negative—dapat
mengubah hasil sebuah nubuatan. Allah boleh jadi telah menghendaki terjadinya
sebuah nubuatan, tetapi Ia tidak mesti dan tidak selalu melaksanakannya.
0 comments:
Post a Comment