Sunday, June 17, 2018

Renungan Pagi 18 Juni 2018



“POTRET KASIH ALLAH”
18 Juni 2018

Tirus Diluluhlantakkan?
Mereka akan memusnahkan tembok-tembok Tirus…; dan akan Kujadikan dia gunung batu yang gundul. Ia akan menjadi penjemuran pukat di tengah lautan” (Yehezkiel 26:4).

Tirus telah menjadi sekutu umat Allah selama bertahun-tahun. Raja Hiram telah membantu proyek pembangunan bait suci Salomo dengan menyediakan bahan-bahan bangunan, tenaga kerja, dan transportasi. Tetapi ketika pasukan bersenjata Nebukadnezar menyerang Yerusalem (586 SM), Tirus bersorak-sorai. Tahun itu juga Allah memerintahkan Yehezkiel bernubuat tentang Tirus.

Kata-kata Yehezkiel jelas. “Mereka akan memusnahkan tembok-tembok Tirus dan meruntuhkan menara-menaranya, debu tanahnya akan Kubuang sampai bersih dari padanya dan akan Kujadikan dia gunung batu yang gundul” (Yeh.26:4). Pelaksana perintah surgawi ini pun disebutkan namanya: “Nebukadnezar… dengan memakai kuda, kereta, pasukan berkuda, dan sekumpulan tentara yang banyak” (ay.7). Pasukan tentara Nebukadnezar akan mendobrak benteng kota (ay.8). “Dengan kaki kuda-kudanya ia hendak menginjak-injak semua jalan-jalanmu, rakyatmu akan dibunuh dengan pedang… Mereka akan meruntuhkan tembok-tembokmu dan merobohkan rumah-rumahmu yang indah; batumu, kayumu dan tanahmu akan dibuang ke dalam air” (ay.11,12). Tirus akan diluluhlantakkan sehingga tak dapat dibangun kembali—lenyap selama-lamanya (ay.14; 27:36; 28:19).

Selama 13 tahun bala tentara Nebukadnezar mengepung benteng kelompok itu, dan meskipun rakyat Tirus sangat menderita karenanya, peluluhlantakan yang dinubuatkan oleh Yehezkiel tak pernah terjadi—setidaknya bukan disebabkan oleh serangan Nebukadnezar. Nayatanya Tirus semakin kuat, meskipun menjadi jajahan Babel. Baru berselang 200 tahun kemudian Alexander Agung membangun jalur lintasan dari daratan ke pulau tersebut, dan menghancurkan kota itu. Bagaimana Tirus saat ini, di abad ke-21? Terlepas dari tekad Yehezkiel yang menghendaki Tirus lenyap selama-lamanya, hari ini Tirus menjadi salah satu kota besar di Libanon.

Loh, nubuatan gagal? Bahkan Allah mengakui kegagalan itu dan berjanji untuk memberikan Mesir kepada Nebukadnezar sebagai hadiah penghibur (Yeh.29:17-20).

Nubuatan itu tidak harus terjadi. Karena sang Pencipta telah memberikan kehendak bebas kepada manusia, kemahatahuan-Nya menjadi terbagi, pernyataan yang nampaknya bertentangan. Allah tidak mengetahui pilihan-pilihan di masa depan, karena kita belum membuat pilihan-pilihan itu. Bagaimana cara orang bereaksi—baik positif maupun negative—dapat mengubah hasil sebuah nubuatan. Allah boleh jadi telah menghendaki terjadinya sebuah nubuatan, tetapi Ia tidak mesti dan tidak selalu melaksanakannya.

0 comments:

Post a Comment