Sunday, June 17, 2018

Renungan Pagi 11 Juni 2018


“POTRET KASIH ALLAH”
11 Juni 2018

Barometer Berkat Allah
Kami akan… membakar korban kepada ratu sorga dan mempersembahkan korban curahan kepadanya seperti telah kami lakukan, kami sendiri dan nenek moyang kami… di kota-kota Yehuda dan di jalan-jalan Yerusalem. Pada waktu itu kami mempunyai cukup makanan; kami merasa bahagia dan tidak mengalami penderitaan” (Yeremia 44:17).

Nasib Yeremia akhir-akhir ini mengerikan. Tiga kali dia dipenjara, dan sampai pada satu titik yang menghancurkan hidupnya. Untunglah, Nebukadnezar memperlakukannya dengan lebih hormat dan ramah dibandingkan raja sebangsanya, dengan memberikannya kuasa penuh untuk tinggal di mana pun yang dikehendakinya. Sekarang sang nabi ditemani sepasukan pengawal menuju ke Mesir di selatan. Pada titik inilah sekelompok pemimpin mendekatinya, dan mendesaknya untuk mendoakannya agar “TUHAN, Allahmu, memberitahukan kepada kami jalan yang harus kami tempuh dan apa yang harus kami lakukan” (Yer.42:3). Mereka berjanji, “Maupun baik ataupun buruk, kami akan mendengarkan suara TUHAN” (ay.6).

Tetapi mereka tidak menyukai nasihat yang diberikan Yeremia agar tidak menetap di Mesir dan tetap berangkat ke sana, dan bersikukuh tidak menaati nasihat Allah. Mereka menetap di kota Tahpanhes, di mana sekali lagi mereka menentang Yeremia dengan memberontak kepada kehendak Allah. Kali ini mereka dengan tak malu menyampaikan niat mereka untuk menyembah dewi Mesopotamia, Istar, yang dikenal sebagai “Ratu Surga.” (Bahwa dewi Asyur-Babel ini digandrungi di Yehuda didukung oleh ditemukannya bukti arkeologis berupa 800 arca patung di Yehuda, di mana hampir separuhnya ditemukan di kota Yerusalem sendiri).

Pembenaran bagi mereka untuk terus menyembah Istar cukup jelas: segalanya berlangsung baik bagi mereka—makanan dan kekayaan—ketika mereka menyembah dia, tetapi mereka mengalami kemalangan ketika mengubah cara hidup mereka dan menyembah TUHAN. Hal ini memunculkan pertanyaan tentang bagaimana kita dapat mengukur kebahagiaan surgawi.

Hari ini kita mendengar hal yang serupa ketika para pengkhotbah terkenal mengkhotbahkan injil kemakmuran: Hal-hal baik akan dialami oleh mereka yang menyembah Allah karena kekayaan menjadi barometer bahwa Allah tersenyum. (Kebalikannya juga dianggap demikian: Hal-hal buruk menjadi pertanda bahwa Allah tidak setuju.) apakah dengan demikian berarti Allah sangat senang pada Bill Gates dan yayasan karitatifnya (yang bernilai $33,4 milyar) ketimbang seorang janda yang menyumbang hanya dua peser (setara $0,00176)?

Apakah asap daput yang mengepul dan rekening bank yang gemuk menjadi ukuran terbaik bagi kasih Allah? Tidak. Inilah ukuran terbaik kasih Allah—Yesus Kristus.

0 comments:

Post a Comment